BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.
|
|
- Farida Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi kaca scan Kekuatan sinar Kalibrasi jarak (dengan menggunakan data on the ground) IMU Pitch Roll Yaw Heading Data jarak Pengolahan data secara post-processing GPS di permukaan tanah GPS di pesawat Jalur pesawat X,Y,Z Skema 3.1.Proses pengolahan data LIDAR [Lohani, 1996] Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa setelah data mentah dari IMU, GPS, dan jarak laser diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data secara post-processing. Ada dua kegiatan yang dilakukan selama post-processing, yaitu: 1. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mendownload data carrier phase GPS yang dihasilkan oleh base station dan receiver yang ada pada 31
2 pesawat. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan software GPS postprocessing yang akan menghitung solusi akurasi kinematik sepanjang lintasan pesawat (lihat gambar 3.1). Gambar 3.1. Pengolahan GPS sepanjang lintasan pesawat [ Data carrier phase tersebut dijadikan sebagai inputan dalam pengolahan GPS secara post processing. Hasil dari pengolahan data tersebut adalah nilai dari akurasi kinematik sepanjang jalur penerbangan. Nilai akurasi kinematik sepanjang jalur penerbangan tersebut kemudian digabungkan dengan data IMU sehingga posisi dan solusi orientasi pesawat yang lengkap sepanjang jalur penerbangan dapat diperoleh. Pengolahan data selanjutnya adalah dengan menggabungkan hasil pengolahan data IMU dan GPS tersebut dengan data jarak dari masing-masing sinar laser yang dihasilkan. Dengan menggunakan algoritma tertentu, maka posisi dan orientasi dari masing-masing sinar laser dapat diperoleh. Hasil akhirnya adalah posisi X, Y, Z dari masing-masing objek yang dipantulkan oleh sinar laser. Secara teoristis, untuk mendapatkan koordinat titik objek di permukaan bumi bisa dilakuan proses perhitungannya sebagai berikut (diasumsikan orientasinya sempurna (tidak ada yaw, pitch, dan roll)): 1. Jika sudut pancar gelombang terhadap garis tegak lurus adalah α i, dan jarak antara laser dengan objek (i) adalah D i (lihat gambar 3.2), maka dengan 32
3 prinsip trigonometri dapat ditentukan jarak vertikal antara sensor dengan tanah V i, yaitu: V i = D i cos α i 2. Jika koordinat sensor (Xs, Ys, dan Hs) diketahui, maka dapat ditentukan elevasi dari objek (i), yaitu: Elev i = Hs - V i 3. Tentukan jarak horizontal antara titik i dengan garis yang tegak lurus dengan tanah dengan menggunakan persamaan trigonometri. H i = D i sin α i 4. Jika diasumsikan bahwa pesawat terbang bergerak sepanjang sumbu Y dan sudut pancarnya bergerak ke arah kanan, maka koordinat Y i akan sama dengan koordinat sensor. Sehingga nilai X akan menjadi: X i = Xsr + H i 5. Koordinat dari objek (i) adalah: X i, Y i, dan Elev i Koordinat yang dihasilkan telah bergeoreferensi. Secara matematis, proses perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan software yang ada pada sistem pengolahan data. i Gambar 3.2. Posisi sinar laser [Burtch, 2002] 33
4 2. Bagian kedua dari post-processing adalah membuang data yang tidak relevan yang dikumpulkan selama pengambilan data. Data yang tidak relevan dibuang dengan cara menghitung anomali yang disebabkan oleh kesalahan: sistem waktu, kondisi atmosfer, bias GPS, dan kesalahan lainnya yang disebabkan kondisi topografi permukaan bumi. Proses pemisahan data yang tidak relevan bisa dilakukan secara otomatis dan bisa membuang 90 persen dari data yang tidak relevan tersebut. Tetapi, masih ada data lain yang tidak bisa dipisahkan secara otomatis sehingga harus dilakukan secara manual Proses Penentuan Kedalaman Dengan Data LIDAR Untuk menentukan kedalaman, sinar laser dipancarkan dari pesawat udara ke bawah dengan sudut θa (θ udara ) dari garis vertikal. Sudut θa merupakan sudut datang pada permukaan air dari udara. Pada permukaan air ini, sebagian kecil (2%) dari energi laser dipantulkan ke udara pada segala arah yang akan diterima kembali oleh receiver di pesawat udara. Sedangkan sebagian besar (98%) energi laser ditransmisikan ke dalam air dengan sudut θw (θ air ), lihat gambar 3.3. h (tinggi terbang) θ a r udara θ a S air n udara S udara θ w r air d ( kedalaman) n air θ w Gambar 3.3. Ilustrasi Penentuan Kedalaman [Dwi, 2007] 34
5 Tahapan perhitungan untuk mendapatkan data kedalaman adalah sebagai berikut a. Parameter yang harus diketahui adalah ketinggian terbang pusat massa sensor terhadap permukaan air yang didapat dari proses berkas sinar infra merah (h) dan sudut pancar sinar hijau terhadap sumbu vertikal (θ udara ). Ketinggian sensor di pesawat udara secara teliti dapat diperoleh dengan menggunakan RADAR altimeter atau dengan mengukur interval waktu antara pulsa awal dan pantulan sepanjang sudut jejak θa. b. Dengan persamaan phytagoras didapatkan panjang lintasan sinar dari sensor terhadap permukaan air ( r udara ) r udara = h cos θ udara c. Dari indeks bias antara udara dan air didapatkan hubungan antara kecepatan cahaya di udara (V udara ) dan di air (V air ) n udara-air = V udara = sin θ udara V air sin θ air d. Dari hubungan persamaan tersebut didapatkan sudut bias sinar pancar air (θair) θ air = sin -1 [ V udara sin θ udara ] e. Saat gelombang ditransmisikan sampai diterima kembali oleh sensor, dihitung sebagai waktu total ( t) oleh unit penganalis sinyal. Total panjang lintasan yang ditempuh sinar laser adalah r, dengan r = r udara + r air. Jika r = V t, dan V air t= 2( t udara + t air ) r = r udara + r air = (V udara. t udara + V air. t air ) f. Jika v udara, t udara, dan t air diketahui, maka dapat dihitung r air. Selanjutnya kedalaman perairan dapat ditentukan dengan rumus: D= r air cos θ air 35
6 Data kedalaman yang telah diperoleh adalah data kedalaman yang dihitung relatif terhadap tinggi permukaan air pada saat dilakukan pemancaran sinyal laser. Untuk dapat digambarkan pada peta batimetri, nilai kedalaman yang didapat harus terlebih dahulu dikoreksi dengan data pasang surut. KP = DL- SO+ZO D = DL - KP D = Kedalaman sebenarnya DL = Kedalaman ukuran dari LIDAR KP = Koreksi Pasut SO = Tinggi antara MSL dengan Nol palem ZO = Beda tinggi antara MSL dengan Chart Datum Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. MLS KP SO DL D ZO MSL Chart Datum Nol Palem Gambar 3.4. Ilustrasi Penentuan Kedalaman Sebenarnya Proses Georeferensi data LIDAR Proses georeferensi adalah suatu proses atau tahapan untuk mendefenisikan koordinat pusat proyeksi sinar laser sehingga terdefenisi ke suatu sistem koordinat. Vektor dari jarak yang ditembakkan dengan sudut penyiaman η didefinisikan terhadap kerangka referensi dari instrumen laser. Jarak yang dihasilkan laser tersebut kemudian ditransformasikan ke pusat bumi yang direalisasikan melalui sistem WGS 84. Proses tersebut dihasilkan melalui berbagai macam tahapan rotasi dan transformasi. Tahapan yang dilakukan dalam proses georeferensi adalah (lihat gambar 2.22) : 1. Jarak yang dihasilkan oleh sistem scanning direpresentasikan pada vektor 36
7 [0, 0, Z] 2. Lakukan proses rotasi vektor jarak tersebut pada sistem referensi instrumen dengan menggunakan sudut scan (η) 3. Rotasikan vektor tesebut terhadap sistem referensi INS yang bersumber pada instrumen dengan menggunakan sudut bias INS (α 0, β 0, γ 0 ). Selanjutnya vektor ini diterjemahkan oleh vektor GPS (dx, dy, dz) yang terdapat pada sistem INS. 4. Langkah selanjutnya adalah melakukan rotasi vektor tersebut ke sistem ET dengan menggunakan roll, pitch, dan yaw (α, β, γ). Pada tahap ini vektor berada pada sistem ET dengan asal sumber vektornya pada antena GPS. 5. Rotasikan vektor tersebut ke sistem kartesian WGS 84 dengan menggunakan lintang dan bujur (φ,λ) yang diukur oleh GPS. 6. Vektor tersebut kemudian diterjemahkan pada sistem WGS 84 dengan menggunakan koordinat kartesian dari antena GPS (a x, a y, a z ). 7. Koordinat titik-titik objek laser sekarang telah mengacu kepada koordinat kartesian dalam WGS 84 dan dapat dirubah ke sistem koordinat ellipsoid lainnya. Jika Rx(θ) adalah rotasi pada sumbu X dengan sudut θ, T(V) adalah vektor V, dan [X ] adalah vektor final pada sistem WGS 84. φ dan λ adalah lintang dan bujur dari antena GPS, maka tahapan georeferensinya adalah: [x, y, z ] = [0, 0, Z ] R x (η) R x (α 0 )R y (β 0 )R z (γ 0 ) T(dx, dy,dz) R x (α)r y (β)r z (γ) R y (Ф+ π/2) R z (-λ) T(a x, a y, a z ) Hasil akhir dari data LIDAR adalah koordinat-koordinat X, Y, dan Z yang telah terdefenisi pada suatu sistem referensi. Data tersebut kemudian diolah lagi untuk membentuk suatu DEM atau bentuk-bentuk detail lainnya. Salah satu aplikasi dari DEM yang dihasilkan oleh data LIDAR tersebut adalah sebagai masukan dalam melakukan pemodelan dan simulasi banjir. 37
8 3.2. Proses Pemodelan dan Simulasi Banjir Dari Data LIDAR Penentuan Referensi Ketinggian DEM dan Pembuatan DEM Ketinggian DEM dari data LIDAR yang diperoleh mengacu kepada North American Vertical Datum, 1988 (NAVD88). NAVD88 dijadikan sebgai datum vertikal yang berfungsi sebagai referensi ketinggian nol. Daerah yang berada di atas bidang NAVD88 akan bernilai positif dan sebaliknya akan bernilai negatif jika berada di bawah bidang NAVD88. Dengan menggunakan data dari stasiun pasut yang ada di suatu daerah, maka bisa ditentukan ketinggian dari MSL (EMSL) dan ketinggian dari Level Air Tertinggi (ELAT) terhadap datum vertikal (NAVD88). Contoh data yang dihasilkan oleh stasiun pasut dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Cantoh data pasut [Guerin, 2007] Untuk menentukan ketinggian MSL terhadap datum vertikal (EMSL), digunakan rumus: EMSL = MSL dari data pasut ketinggian NAVD88 dari data pasut Sedangkan untuk menentukan ketinggian Level Air Tertinggi (ELAT) terhadap datum vertikal digunakan rumus: ELAT= LAT dari data pasut ketinggian NAVD88 dari data pasut Contoh pengolahan datanya adalah sebagai berikut: Dari data di tabel 3.1, diperoleh nilai: MSL = m 38
9 NAVD88 = m MLAT = m Dari data tersebut, dapat ditentukan nilai EMSL dan ELAT, yaitu: EMSL = m m = m ELAT = m m = m Visualisasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini ELAT NSVD88 MSL Gambar 3.5. Ketinggian MSl dan LAT di atas NAVD88 Setelah mengetahui referensi ketinggian dari DEM tersebut, tahapan selanjutnya adalah membuat DEM dengan menggunakan software ArcGIS. Data LIDAR yang diperoleh memiliki format DEM USGS. Untuk bisa diterjemahkan oleh ArcGIS, maka format data tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu ke format raster. Setelah dilakukan konversi ke format raster, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap DEM tersebut dengan menggunakan perintah-perintah yang ada di ArcGIS, seperti: Spatial Analysist dan 3D analysist. Tahap-tahap pembuatan DEM dengan menggunakan software ArcGIS dapat dilihat pada lembar lampiran. Hasil DEM tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.6. Gambaran DEM secara 3D di ArcGIS 39
10 Setelah DEM dibuat, tahapan selanjutnya adalah menentukan: kedalaman dari banjir, area perluasan banjir, overlay peta area perluasan banjir di Google Earth, dan pembuatan animasi banjir Penentuan Kedalaman Banjir Grid kedalaman banjir ditentukan secara matematis dari data ketinggian air banjir dan DEM. Ketinggian dari datum vertikal (NAVD88) dinyatakan sebagai level nol dan dinyatakan sebagai grid baru. Nilai dari kedalaman banjir dinyatakan sebagai tinggi antara datum vertikal dengan level ketinggian air banjir. Hasil akhir dari grid kedalaman banjir direpresentasikan oleh nilai kedalaman pada saat berada di area perluasan banjir. Dengan menggunakan software Global Mapper, maka dapat dilakukan penentuan daerah mana saja yang berada di atas dan di bawah datum vertikal tersebut. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.7. Peta daerah di bawah dan di atas datum vertikal Pembuatan Area Perluasan Banjir Tahapan penentuan area perluasan banjir dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkat software yang mendukung seperti: ArcGIS, Global Mapper, dan software khusus pengolahan data banjir lainnya. Tahapan penentuan area perluasan banjir dengan menggunakan software Global Mapper dapat dilihat pada lembar lampiran. Penentuan area perluasan banjir dilakukan dengan menaikan level ketinggian air secara berurutan mulai dari -1, 0, 0.5,1 m dan seterusnya. Hasil akhir 40
11 dari layer ini akan menvisualisasikan daerah mana yang tergenang dan tidak tergenang banjir. Hasil akhir dari penentuan perluasan area banjir tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2. PETA PERLUASAN BANJIR (2D) PETA PERLUASAN BANJIR (3D) LEVEL BANJIR 0 Meter 0.5 Meter 1 Meter Tabel 3.2. Gambaran perluasan Banjir 41
12 Pemodelan Banjir di Google Earth. Peta perluasan banjir yang telah dibuat pada langkah-langkah sebelumnya bisa di_ overlay_kan dengan menggunakan software Google Earth. Peta yang telah dibuat di simpan sebagai image Portable network Graphics (PNG). Image PNG tersebut kemudian di_ overlay_kan pada permukaan objek yang ada pada Google Earth. Hal yang paling penting pada tahap overlay adalah memasukan koordinat batas tepi dari image tersebut sehingga pas atau tepat pada daerah yang sebenarnya di Google Earth. Koordinat batas tepi dari image tersebut diperoleh dengan menggunkan nilai grid-grid yang ada pada software Global Mapper. Setelah image tersebut pas atau tepat dengan posisi yang sebenarnya, maka tahap selanjutnya adalah mengatur kecerahan warna dari image tersebut sehingga mencerminkan kejadian banjir yang sebenarnya. Google Earth akan menampilkan secara jelas pandangan secara 3D dari berbagai objek yang ada, seperti: bangunan, jalan, sungai, dan objek lainnya. Hasil akhir dari pemodelan ini akan memberikan gambaran secara lebih baik dan detail tentang daerah atau objek yang terkena banjir. Hasil akhir dari pemodelan banjir di Google Earth dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini. Gambaran Peta Level Air -1 Meter 0 Meter 42
13 1 Meter Tabel 3.3. Gambaran kenaikan muka air laut di Google Earth Pembuatan Animasi Banjir Proses animasi banjir dapat dilakukan dengan menggunakan software tertentu yang dapat membantu pembuatan image dan pergerakan banjir. Sudut pandang perspektif dibuat untuk menunjukan visualisasi 3D yang unik dari area banjir tersebut. Setiap level banjir dimodelkan mirip dengan proses perluasan banjir. Image banjir diberi warna biru untuk mewakili air dan dimodelkan bersama dengan image topografi (relief). Kegiatan animasi banjir akan melakukan skenario simulasi banjir dari tidak terjadi banjir sampai terjadi kenaikan banjir yang level ketinggiannya akan terus bertambah. Output dari animasi secara jelas menunjukkan pengaruh dan arah pergerakan dari banjir tersebut, seperti ketika banjir meningkat dari level permukaan air sampai ke level banjir. Software yang digunakan dalam melakukan animasi tersebut adalah 3DSMAX. Untuk bisa membentuk DEM, maka dibutuhkan citra hitam-putih yang nilai ketinggiannya akan bertambah besar jika semakin putih. Citra hitam putih tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data DEM LIDAR di Global Mapper. Setelah DEM dari data LIDAR tersebut dibuat, maka tahap selanjutnya adalah membuat bidang berair dan melakukan proses animasi dengan mengatur ketinggian bidang berair tersebut. Animasi dilakukan dengan menaikan level ketinggian air secara berurutan mulai dari -1, 0, 0.5,1 dan seterusnya. Proses animasi tersebut sangat berguna untuk melakukan identifikasi secara jelas terhadap daerahdaerah yang memiliki resiko cukup tinggi untuk terkena banjir. Tahap-tahap pembuatan animasi banjir dengan menggunakan software 3DSMAX dapat dilihat pada lembar lampiran. 43
14 Hasil akhir dari proses animasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.8. Visualisasi animasi banjir 44
BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR
51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara
Lebih terperinciGambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Kenaikan permukaan air laut dari waktu ke waktu [Mackinnon, 2004]
BAB II DASAR TEORI 2.1. Permasalahan Kenaikan Permukaan Air Laut Fenomena kenaikan muka air laut mengemuka seiring dengan terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik
83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang berlimpah, serta ditempati lebih dari 240 juta penduduk. Pembangunan di segala
Lebih terperinciBAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR
BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR III.1 Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) atau sering juga disebut DEM, merupakan
Lebih terperinciBAB 2 TEKNOLOGI LIDAR
BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan
Lebih terperinciBAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR
BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR Pengolahan data side scan sonar terdiri dari dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing. Tujuan realtime
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciPengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering
Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciPemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20
Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-2 IV.7 Gelombang Menabrak Suatu Struktur Vertikal Pemodelan dilakukan untuk melihat perilaku gelombang ketika menabrak suatu struktur vertikal. Suatu saluran
Lebih terperinciBAB 2 STUDI REFERENSI
BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan
Lebih terperinciSISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521
SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat Geosentrik Sistem Koordinat Toposentrik Sistem Koordinat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi
Lebih terperinciBAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV
BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER
41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan
Lebih terperinciSISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521
SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat
Lebih terperinciDr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY
SISTEM-SISTEM KOORDINAT Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Sistem Koordinat Kartesian Dalam sistem koordinat Kartesian, terdapat tiga sumbu koordinat yaitu sumbu x, y, dan z. Suatu titik
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan arus informasi yang semakin transparan, serta perubahan-perubahan dinamis yang tidak dapat dielakkan
Lebih terperinciREGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)
TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses
Lebih terperinciMODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA
MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciPEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA
PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA By : I PUTU PRIA DHARMA APRILIA TARMAN ZAINUDDIN ERNIS LUKMAN ARIF ROHMAN YUDITH OCTORA SARI ARIF MIRZA Content : Latar Belakang Tujuan Kondisi Geografis Indonesia Metode
Lebih terperinciBAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN
BAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN 3.1 Pendahuluan Pada kegiatan verifikasi posisi pipa bawah laut pasca pemasangan ini akan digunakan sebagai data untuk melihat posisi aktual dari
Lebih terperinciMODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA
MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciGambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas
MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.466 pulau yang sudah terdaftar dan berkoordinat (BIG, 2014). Indonesia memiliki luas wilayah kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak
Lebih terperinciBAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR
63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1Open Pit Mining dan Batubara [en.wikipedia.org]
BAB II DASAR TEORI 2.1 KEGIATAN PERTAMBANGAN 2.1.1 Pertambangan Batubara Gambar 2.1Open Pit Mining dan Batubara [en.wikipedia.org] Ciri khusus industri pertambangan batubara adalah : 1. Nonrenewable yaitu
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN
BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat
BAB II DASAR TEORI Pada bab II ini akan dibahas dasar teori mengenai sistem referensi koordinat, sistem koordinat dan proyeksi peta, yang terkait dengan masalah penentuan posisi geodetik. Selain itu akan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang
Lebih terperinciREKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off
Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA REKONSTRUKSI/KOREKSI Rekonstruksi/Restorasi Koreksi geometri Mosaik Koreksi radiometri/koreksi topografi TRANSFORMASI Penajaman citra Transformasi spasial/geometri : merubah
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera
BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Banks, J. (1998). Handbook of Simulation. Wiley Interscience, USA
DAFTAR PUSTAKA Banks, J. (1998). Handbook of Simulation. Wiley Interscience, USA Brenner, N. (2006). http://www.geo.tudelft.nl/frs/isprs/filtertest/ [10 maret 2008] Burtch, R. (2002). LIDAR Principle and
Lebih terperinciDrawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02
Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Survei batimetri merupakan proses untuk mendapatkan data kedalaman dan kondisi topografi dasar laut, termasuk lokasi obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Pembuatan
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Scene Data Satelit Lokasi penelitian ini difokuskan di pantai yang berada di pulau-pulau terluar NKRI yang berada di wilayah Provinsi Riau. Pulau-pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).
Lebih terperinciBAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON
BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA
BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS
Lebih terperinciPERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER
PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER Veni Prasetiati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data spasial sangat dibutuhkan untuk menyediakan informasi tentang kebumian. Untuk memenuhi data spasial yang baik dan teliti, maka diperlukan suatu metode yang efektif
Lebih terperinciBAB II SISTEM MULTIBEAM ECHOSOUNDER (MBES)
BAB II SISTEM MULTIBEAM ECHOSOUNDER (MBES).1 Prinsip Sistem Multibeam Echosounder (MBES) Multibeam Echosounder menggunakan prinsip yang sama dengan singlebeam namun jumlah beam yang dipancarkan adalah
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciHasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break
Bab IV Hasil dan Analisis IV. Simulasi Banjir Akibat Dam Break IV.. Skenario Model yang dikembangkan dikalibrasikan dengan model yang ada pada jurnal Computation of The Isolated Building Test Case and
Lebih terperinciANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)
Geoid Vol. No., Agustus 7 (8-89) ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) Agung Budi Cahyono, Novita Duantari Departemen Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus
Lebih terperinciBAB 2 STUDI REFERENSI
BAB 2 STUDI REFERENSI Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan. Teori-teori yang didapatkan merupakan hasil studi dari beragai macam referensi. Akan
Lebih terperinciLampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi Hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan survey hidrografi adalah ketentuan teknis atau disebut juga spesifikasi pekerjaan. Setiap pekerjaan
Lebih terperinciBAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME
BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME 3.1 Pendahuluan Survei batimetri merupakan survei pemeruman yaitu suatu proses pengukuran kedalaman yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciBy. Y. Morsa Said RAMBE
By. Y. Morsa Said RAMBE Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinatkoordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Jenis sistem koordinat:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter
Lebih terperinciModel Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan
Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan
Lebih terperincia menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1
1. Koordinat Cartesius Sistem koordinat Cartesius terdiri dari dua garis yang saling tegak lurus yang disebut sumbu Sumbu horizontal disebut sumbu X dan sumbu vertikal disebut sumbu Y Tiap sumbu mempunyai
Lebih terperinciBAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB III PEGAMBILA DA PEGOLAHA DATA Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi dua aspek, yaitu pengamatan data muka air dan pengolahan data muka air, yang akan dibahas dibawah ini sebagai
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS IV.1. PENGOLAHAN DATA Dalam proses pemodelan gempa ini digunakan GMT (The Generic Mapping Tools) untuk menggambarkan dan menganalisis arah vektor GPS dan sebaran gempa,
Lebih terperinciBAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI
BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING
BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING Pada Bab III sebelumnya telah dijelaskan mengenai pemodelan dalam Simulink yang dibuat untuk menguji algoritma Filter Kalman dalam sistem Radar Tracking dan juga algoritma
Lebih terperinciSISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON
30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar
Lebih terperinciPEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM) Susanto *), Atriyon Julzarika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika bersifat universal dan banyak kaitannya dengan kehidupan nyata. Matematika berperan sebagai ratu ilmu sekaligus sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Kajian
Lebih terperinciSIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto
SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis
Lebih terperinciBAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data
BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur geologi Dasar Laut
Lebih terperinciSURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah
SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 Pengukuran Detil Situasi dan Garis Pantai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian mikrozonasi gempa dengan memanfaatkan mikrotremor di Kota Cilacap ini, penulis melakukan pengolahan data pengukuran mikrotremor
Lebih terperinciBAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang
Lebih terperinciBAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI
BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya
Lebih terperincidengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya
1. Pendahuluan Penggunaan besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari sangat penting mengingat aplikasi besaran vektor yang luas. Mulai dari prinsip gaya, hingga bidang teknik dalam memahami konsep medan
Lebih terperinciRancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi
Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi Dodi Sudiana 1), Dwi Putri P. 1), Arman Djohan Diponegoro 1) Departemen Teknik Elektro FTUI, Kampus
Lebih terperinciBab III Perangkat Pengujian
Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV. Ringkasan Modul:
BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan
Lebih terperinciCORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE LAPORAN PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID SYUHADA PERUMAHAN BEJI PERMAI, DEPOK PT. Mahakarya Geo Survey DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 2 1. PENDAHULUAN...
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satelit altimetri merupakan satelit yang berfungsi untuk mengamati topografi dan dinamika permukaan laut. Sistem satelit ini terdiri dari radar altimeter yang memiliki
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
Lebih terperinciGambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakter Angin Angin merupakan salah satu faktor penting dalam membangkitkan gelombang di laut lepas. Mawar angin dari data angin bulanan rata-rata selama tahun 2000-2007 diperlihatkan
Lebih terperinciPENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI
PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data kebumian yang memberikan informasi geospasial terus berkembang. Real world yang menjadi obyek pemetaan juga cepat mengalami perubahan. Penyediaan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,
92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu
Lebih terperinciPATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY
PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY Bayu Sandi Marta (1), Fernando Ardilla (2), A.R. Anom Besari (2) (1) Mahasiswa Program Studi Teknik Komputer, (2) Dosen Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan desain penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian geomagnet ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
Lebih terperinciDatum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus
Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini peta telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat. Peta memuat informasi spasial yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi suatu objek di
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]
LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM
32 BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM 3.1 Pergerakan rotasi wahana terbang Wahana terbang seperti pesawat terbang dan helikopter mempunyai sistem salib sumbu x, y, dan z di mana masing-masing
Lebih terperinciSTUDI KETELITIAN KUALITAS GEOMETRIK CITRA IKONOS HASIL ORTHO REKTIFIKASI MENGGUNAKAN DATA DEM SKALA 1:1000
STUDI KETELITIAN KUALITAS GEOMETRIK CITRA IKONOS HASIL ORTHO REKTIFIKASI MENGGUNAKAN DATA DEM SKALA 1:1000 Pradono Joanes De Deo Dosen Teknik Geodesi FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Nilai rata-rata residual
Lebih terperinci